Labuan Bajo - Selain keindahan alamnya yang menakjubkan, Flores juga menyimpan keunikan lainnya yang syarat akan nilai sejarah masa lampau dan arkeologi yakni Liang Bua yang merupakan situs Homo Florensiensis.
Dikutip dari siaran pers BPOLBF, Senin (2/8) , tempat ini adalah sebuah goa yang berada di kawasan Perbukitan Karts. Secara administratif, Liang Bua masuk kedalam wilayah Dusun Rampasasa, Desa Liang Bua, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Penamaan “Liang Bua” sendiri berasal dari Bahasa Manggarai, Flores yakni “liang” berarti goa dan “bua” berarti dingin sehingga nama Liang Bua dapat dimaknai sebagai “goa yang dingin." Liang Bua adalah tempat ditemukannya Manusia Hobbit dari Flores serta beragam sisa manusia dan hewan purba.
Untuk menjangkau situs arkeologi yang keren ini, wisatawan bisa menggunakan moda transportasi darat dan udara. Dari Labuan Bajo, wisatawan bisa menggunakan mobil transportasi umum (mobil jenis MPV) menuju Kota Ruteng dengan waktu tempuh sekisar 3-4 jam. Namun bisa juga menggunakan minibus (ELF atau Hiace). Angkutan antarkota ini biasanya jalan dua kali sehari yaitu pagi dan siang.
Tidak sulit untuk menjangkau Kota Ruteng melalui jalur darat. Jika wisatawan berada didaerah lain pun seperti Larantuka, Ende, Mumere, ataupun Bajawa, cukup mudah untuk mendapatkan mobil transportasi antar kota tersebut. Sementara untuk jalur penerbangan, wisatawan bisa mencari jadwal penerbangan dengan rute tujuan Ruteng.
Destinasi Wisata Liang Bua tidak terlalu jauh dari Kota Ruteng. Jaraknya sekisar 20-30 menit menggunakan motor atau mobil. Wisatawan bisa menggunakan kendaraan umum ataupun ojek motor. Namun bisa juga menyewa kendaraan rental. Akses menuju Liang Bua adalah menyusuri daerah dengan topografi dataran tinggi. Jalan sempit, berkelok, dan terjal akan menjadi pengalaman seru untuk cerita petualangan di Flores.
Destinasi Wisata Liang Bua merupakan salah satu atraksi wisata yang sangat unik. Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) memasukkan destinasi keren ini kedalam Daftar Peta Perjalanan Wisata bersama 30 destinasi dan desa wisata lainnya yang ada di Flores, Lembata, Alor, dan Bima (Floratama).
Berwisata ke Liang Bua adalah menyusuri lorong Gua yang sangat unik dan artistik dan kaya akan narasi arkeologi. Ketika melakukan tracking menapaki Gua, wisatawan seakan diajak masuk kedalam dunia manusia purba pada masa lampau, membayangkan kehidupan mereka puluhan ribu tahun lalu.
Seperti apa gajah purba, komodo, dan manusia mini (Homo Floresiensis) pernah tinggal dan melakukan aktivitas kehidupannya didalam Gua ini.
Sejak dilakukan penelitian tahun 1965 oleh Theodore Verhoven, seorang Pastor dari Belanda yang mengajar di Seminari Mataloko, Kabupaten Ngada, pada situs Liang Bua telah banyak dihasilkan temuan arkeologi yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan.
Penelitian-penelitian arkeologi terus berlanjut hingga saat ini. Tahun 1978-1989 Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melakukan penelitian secara serius pada tempat ini. Kemudian pada tahun 2001, dilakukan kerjasama penelitian antara Puslit Arkenas dengan Universitas New England dan Universitas Wollongong, Australia.
Pada 2001 ditemukan fosil yang hanya memiliki tinggi 100 cm dengan berat yang diperkirakan hanya 25 kg. Manusia purba yang ada di goa ini kemudian mencuri perhatian dunia arkeologi karena dari berat dan tingginya mirip seperti Hobbit (manusia bertubuh pendek dan tingginya hanya separuh dari manusia). Penemuan fosil manusia purba Homo Florensiensis ini menjadi penemuan paling spektakuler.
Hasil analisis yang dilakukan pada tahun 2003 menyatakan bahwa Situs Liang Bua berusia sekitar kurang lebih 13.000-12.000 tahun. Kemudian pada tahun 2007-2014, para peneliti Situs Liang Bua dari Pusat Arkenas bekerja sama dengan Universitas Wolongong, Australia dan program dari Smithsonian Institute melakukan evaluasi terhadap usia tulang Homo Florensiesis dan sedimen yang mengandung fosil.
Gua ini adalah Gua Karst yang terbentuk karena proses cuaca. Liang Bua menjadi tempat tinggal bagi manusia Homo Floresiensis atau Hobbit dari Flores. Hal ini terlihat dengan ditemukannya Potongan Rangka, Rahang Bawah, Perkakas Bekas Homo Erectus, serta sisa-sisa Tulang Stegodon (gajah purba) Kerdil, Biawak Raksasa, serta Tikus Besar. Hampir semua lapisan yang ditemukan tersebut berusia antara 95.000-12.000 tahun.
Tidak mengherankan jika arkeolog dari Belanda, Inggris, dan Indonesia menjadikan goaa ini sebagai tempat penggalian dan penelitian.
Berdasarkan hasil uji laboratorium, sampel sendiman dipojok selatan Goa Liang Bua terbentuk dari 190.000 tahun silam. Gua ini terbentuk dari bebatuan yang terbawa arus sungai hingga terbentuk gundukan bukit. Dari dalam goa, tampak stalagtit yang menawan menempel kokoh di langit-langit goa.
Bagi wisatawan yang ingin melakukan penelusuran Goa Liang Bua, sangat disarankan untuk menggunakan jasa pemandu penduduk setempat agar lebih aman dan dapat menambah pengetahuan dan informasi lebih banyak. Tidak jauh dari Liang Bua, terdapat museum mini. Didalamnya terdapat beragam informasi tentang Hobbit yang bisa diserap lebih banyak. Di sekitarnya juga terdapat beberapa goa lainnya seperti Goa Galang dan Goa Tanah.
Selain sebagai tempat penelitian berkelas internasional, Liang Bua juga menjadi destinasi wisata dan dapat dikunjungi untuk mengenal lebih jauh wisata arkeologi Flores.