Martapura - Pemerintah Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, terus menggencarkan upaya penanggulangan masalah gagal tumbuh pada anak (stunting).
Sebelumnya, Pj Gubernur Safrizal ZA Kalimantan Selatan beberapa mengatakan bahwa di Kabupaten Banjar angka anak penderita stunting cukup besar.
Kepala Dinas Kesehatan Diauddin, Senin (5/7), mengatakan Kabupaten Banjar pada tahun 2020 lalu berada di urutan 11 dari 13 kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Selatan dengan angka stunting tertinggi.
“Kita berada di urutan 11 di Kalimantan Selatan, artinya masih ada 10 yang lebih tinggi dari Kabupaten Banjar. Namun dari perencanaan dan pelaksanaan kita terbaik nomor 2 se-Kalimantan Selatan, mudah-mudahan di depan ini target kita lebih baik lagi,” jelasnya.
Diauddin menjelaskan bahwa dalam beberapa bulan ini telah dilakukan beberapa kali rapat Rembug Stunting untuk penanganan masalah pertumbuhan anak tersebut, dan ads inovasi yaitu Kawan Manis Best (Kelompok Relawan Menuju Anak Indonesia Sehat Bebas Stunting).
“Stunting di Kabupaten Banjar itu sudah dibawah angka nasional yaitu 20 persen, adapun angka nasional itu 24 persen. Walau dibawah angka nasional tetapi angka stunting masih dalam keadaan cukup tinggi. Target kita pada tahun 2024 di bawah 14 persen,” tuturnya.
Ia juga menjelaskan, perhitungan dari angka nasional dengan 24 persen itu adalah 1 dari 3 anak masih Stunting secara total, tetapi untuk Kabupaten Banjar 20 persen itu 1 dari 5 anak yang masih mengalami stunting.
Diauddin menjelaskan bahwa dalam pencegahan stunting di Kabupaten Banjar, tidak hanya Dinas Kesehatan yang dianggap berperan untuk pencegahan, tetapi semua dinas ikut berperan dan pencegahannya.
“Pencegahan stunting ini untuk kontribusi dari dinas kesehatan itu hanya 30 persen, sisanya itu semua dinas yang lain, di antaranya terkait pendidikan, kemiskinan, sanitasi lingkungan dan lainnya,” ujarnya.
Diaduddin menjelaskan, yang lebih banyak menyebabkan stunting adalah sanitasi lingkungan.
"Karena kalau lingkungannya tidak sehat otomatis orangnya tidak sehat. Maka di Kabupaten Banjar sangat penting tentang sanitasi. Kebanyakan lokus stunting itu di pinggir sungai, ada sebanyak 50 desa yang stuntingnya cukup tinggi. Ini yang harus dibenahi dan semua desa tersebut berada di pinggir aliran sungai," tegasnya.
Selain sanitasi, tambah Diaduddin, pernikahan dini yang juga termasuk penyumbang angka stunting.
"Adapun pernikahan dini itu lebih ke ibunya, karena masih tergolong muda maka lebih kepada mengasuh anak, karena masih muda dan masih dalam kondisi kekenak kanak yang mengakibatkan tidak tahunya makanan yang bergizi untuk anak," jelasnya.